Pages

Kesaksian Kaka (Pemain Brazil) : I BELONG TO JESUS

Kesaksian Ricardo Kaka: "I Belong To Jesus"

Kaka mengucap syukur selepas memimpin pasukan AC Milan
mengatasi Liverpool dalam Piala Juara-Juara UEFA 2007
Lahir di Brasilia pada  tahun 1982 dengan nama Ricardo Izecson dos Santos Leite, Kaka lahir dari sebuah keluarga penginjil yang kaya raya. Namun hal itu tidak membuatnya menjadi sombong dengan mengandalkan kekayaan keluarganya, ataupun mengikuti jalan hidup keluarganya dengan menjadi penginjil. Kaka mempunyai jalannya sendiri dan caranya sendiri.Sejak kecil ia sangat menggemari bola sepak, bahkan dalam usia remaja ia menjadi pemain yang cukup terkenal di daerahnya dengan bermain sebagai pemain simpanan di kelab San Paulo.
                          
Kaka lahir di dalam keluarga Kristian. Tetapi dia belum Kristian sungguh-sungguh. Sampai suatu hari ketika dia berusia 18 tahun, pada bulan Oktober 2000, dia mendapat kecelakaan. Ketika dia melompat ke dalam kolam renang, kepalanya terantuk dengan dasar kolam renang. Sehingga tulang lehernya menjadi retak dan tidak dapat digerakkan. Kaka pun tidak dapat berjalan.
Doktor mengatakan ia tidak dapat bermain bola sepak lagi, bahkan kemungkinan besar akan lumpuh akibat cedera itu. Tidak ada tindakan pembedahan atau terapi yang dapat menyelamatkannya. Hidup Kaka hancur berkecai saat itu, kecintaannya pada bola sepak begitu besar, kini semua harus berakhir, bahkan sisa hidupnya harus diisi dengan menjalani kelumpuhannya.
Namun Kaka tahu ke mana ia harus meminta tolong saat doktor sudah angkat tangan. Kaka bergumul dengan Tuhan Yesus, tidak putus-putusnya ia berdoa memohon kesembuhannya. Ia bernazar pada Tuhan Yesus, bila ia sembuh dan dapat bermain bola sepak lagi, ia akan mempersembahkan seluruh pencapaiannya itu pada Tuhan Yesus. 
Dan keajaibanpun terjadi, setahun setelah kecelakaannya itu tepatnya tahun 2001, Tuhan Yesus menyembuhkannya, ia sembuh sepenuhnya daripada sakitnya. Bahkan ia dapat meneruskan bermain sepak bola lagi. Tuhan Yesus juga memberikan hadiah bonus, ia tidak lagi menjadi pemain simpanan melainkan menjadi pemain utama dan andalan dalam kelabnya.
Tuhan Yesus membuat permainan Kaka menjadi begitu hebat sehingga pengurus pasukan kebangsaan Brazil terpikat akan permainannya, dan memanggil Kaka untuk mengenakan baju kemegahan pasukan Brazil, emas dan hijau, diberi kepercayaan untuk bertarung di Piala Dunia 2002.
Kaka bermain untuk Brazil
Dari sekian banyak bakat baru bersinar di Brazil , ia hanyalah seorang pemain muda yang belum setahun mewakili kelabnya, namun sudah dipanggil masuk pasukan kebangsaan. Bagi Kaka itu adalah keajaiban dan anugerah yang besar baginya.
Walaupun dia hanya jadi pemain simpanan dan duduk di pinggir padang menonton pertandingan para seniornya di Piala Dunia, namun Kaka sudah sangat senang dapat ikut serta dalam pertandingan sebesar Piala Dunia. Kaka tidak menyedari Tuhan Yesus sedang menyediakan keajaiban lainnya bagi dia. 
Beberapa perlawanan berjalan begitu sengit bagi Brazil , sehingga beberapa pemain bintang harus disimpan karena cedera. Datanglah kesempatan bagi Kaka untuk turun mewakili pasukannya. Dalam perlawanan itu, Brazil pun menang, peristiwa bersejarah yang menggemparkan dunia itupun terjadi, Kaka mengangkat seragamnya dan di baliknya ada sebuah tulisan yang menggegarkan, baju putih itu mempamerkan tulisan “I Love Jesus”.
Itu terus dilakukannya setiap kali teman-temannya merayakan gol. Dan akhirnya Brazil pun memenangkan Piala Dunia 2002, setelah menewaskan Jerman di perlawanan akhir dengan keputusan 2-0. Dalam perarakan kemenangan di negaranya sendiri, baju kesayangan yang bertuliskan ‘I love Jesus’ itu tidak pernah dilepasnya. Hal itu memberi inspirasi kepada ramai pemain Brazil (bahkan pemain negara lain) melakukan hal yang sama. 
Sewaktu diwawancara oleh rangkaian TV dan ditanya mengapa ia melakukan hal itu, ia berkata, “Saya ingin memperlihatkan dengan hidup dan kerja saya, apa yang telah Tuhan Yesus lakukan bagi saya, supaya orang lain dapat melihat apa yang Tuhan Yesus boleh lakukan dalam kehidupan mereka.”

Kaka dan pemain-pemain Brazil dengan baju "Jesus Loves You"
selepas memenangi Piala Konfederasi FIFA 2005 di Frankfurt

Permainannya yang cantik di Piala Dunia tidak luput dari perhatian sebuah kelab gergasi di Itali, AC Milan. Tidak lama kemudian mereka meminta Kaka masuk dalam pasukannya sebagai pemain utama. Kaka pun pindah menyertai AC Milan, masuk dalam liga Italia yang keras dan penuh bintang. Namun dalam musim pertamanya di Liga Italia Seri A, ia langsung menyumbangkan gelaran juara scudetto bagi AC Milan.
Dalam waktu singkat Kaka menjadi bintang dan pujaan banyak orang khususnya wanita, kekacakannya yang seperti seorang bintang filem membuat ia selalu dikejar-kejar peminat-peminat wanita, di manapun ia berada akan selalu ada jeritan gadis-gadis muda yang mengaguminya.
Perkahwinan Kaka dan Caroline
Namun cinta dan kesetiannya hanya pada Caroline Celico, kekasihnya yang jauh di Brazil . Walaupun kehidupan pemain sepakbola selalu dikeliling wanita-wanita cantik super model, atau pesta-pesta kemenangan, Kaka selalu menghindari semuanya itu. Ia bahkan tidak mahu membawa Caroline tinggal dengannya di Itali sebelum pernikahan, seperti yang dilakukan para pemain bola di liga-liga besar.
Tahun 2005, Kaka meminang Caroline, dalam sebuah upacara perkawinan yang sangat sederhana, sangat berbeda dengan pernikahan selebriti lain yang super mewah. Dalam sidang akhbar ia menyatakan bahwa ia masih perjaka dan Caroline masih perawan.
“Itu adalah jangka waktu yang penting, sebuah ujian untuk cinta kami berdua. Saya seorang lelaki normal dan pasti tergoda untuk melakukan hubungan sebelum pernikahan, tapi saya dapat melewatinya. Malam pertama kami juga ditandai darah keperawanan, sebagai tanda cinta suci kami.”
Anak mereka yang pertama bernama Luca lahir pada tahun 2008. Ketika Kaka kembali ke Brazil dan tidak mengikuti pertandingan, Kaka sering berkhutbah dan memimpin pujian di gerejanya.
Walaupun sebuah isu pindah agama sempat menerpanya di akhir tahun 2006, namun Kaka membuktikan pada mata dunia, bahwa ia adalah murid Kristus sejati dalam final Liga Juara-Juara UEFA (UEFA Champions League) Mei 2007. Menjadi wira kemenangan melawan Liverpool , Kaka langsung merayakan golnya dengan membuka bajunya dan menunjukan tulisan “I belong to Jesus” kemudian berlutut berdoa bersyukur di tengah padang. Teman-temannya yang lain turut merayakannya, tapi mereka mengerti dan tidak mengganggu Kaka yang sedang berdoa. Peristiwa ini ditonton jutaan penonton yang menyaksikan final Liga Juara-Juara 2007.
Bagi Kaka beserta seluruh pemain dan pendukung AC Milan, kemenangan ini merupakan mukjizat. Tidak ada yang menyangka AC Milan akan menang, di tengah kepungan 3 gergasi Inggeris yang diunggulkan iaitu Manchester United, Chelsea dan Liverpool.
Kaka menjadi Penjaring Terbanyak dalam Liga Juara-Juara, pertarungan liga paling berprestij dan tertinggi di seluruh dunia. Membuatnya dinobatkan sebagai raja oleh para media Itali, dan layak dinobatkan sebagai pemain terbaik di dunia, langsung memenangi gelaran “World Player of the Year 2007” daripada FIFA.
Kaka memenangi FIFA World
Player of the Year 2007
Kaka sering menyaksikan akan keajaiban yang dialami dalam hidupnya. Tuhan Yesus sering mempunyai sesuatu yang lebih untuk kita daripada apa yang kita fikirkan, kata Kaka : “Aku tidak pernah menyangka akan menjadi pemain bolasepak dunia bahkan memenangkan penghargaan dari FIFA.” Ayat Alkitab yang sering Kaka ingat adalah diambil dari Yohanes 14:6, di mana Yesus berkata “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Kaka salah satu bintang bola sepak dalam pasukan Brazil. Demikian juga di Eropah di kelabnya yang sekarang di Real Madrid. Kelab-kelab kaya seperti Real Madrid telah mengajukan penawaran sebesar 56 juta euro (235 juta ringgit) sebagai nilai pemain termahal saat itu.
Kaka dengan teman-temannya seperti Lucio (kapten) mengadakan Bible Study (Pengkajian Alkitab) dan berdoa. Mereka sepakat untuk dapat memuliakan Tuhan Yesus pada waktu pertandingan dijalankan. Termasuk membuat baju dalam khusus yang bertuliskan “I Belong To Jesus” atau “I Love Jesus”. Pada tahun 2006 FIFA melarang para pemain Brazil untuk memakai baju dalam tersebut.
“Kami mematuhi peraturan FIFA tersebut.” kata Kaka. “Kami percaya mempunyai tugas untuk menabur dan biarlah Roh Kudus yang akan menumbuhkannya. Kiranya hidup kami dapat memuliakan nama Tuhan Yesus yang di syurga, dan memimpin ramai orang datang kepada Tuhan Yesus dengan contoh hidup kami.” Amen...!

Falcao: "Dia Menopang Kehidupanku"

Falcao: "Dia Menopang Kehidupanku"



Radamel Falcao, pemain kelab Monaco dan pasukan
kebangsaan Colombia tidak dapat menyertai Piala
Dunia 2014 setelah mengalami kecederaan
di lutut semasa bermain di Liga Perancis



Bintang bola sepak Colombia, Radamel Falcão tiba-tiba saja kehilangan impiannya bermain dalam Piala Dunia. Namun, di tengah situasi yang tampak suram, imannya bersinar terang. Dunia melihat betapa yang menopang hidup Falcão selama ini bukanlah kejayaan dan kegemilangan prestasinya, tetapi Allah yang ia imani dalam Yesus Kristus.








Radamel Falcão, salah seorang penyerang terbaik di dunia, direkrut oleh Monaco pada Mei 2013 dengan nilai perpindahan tinggi dari Atletico Madrid. Kemudian, hidup Falcão menjadi semakin semarak. Tiga bulan setelah kontraknya, Falcão dan isterinya, penyanyi asal Argentina Lorelei Taron, mendapatkan buah hati mereka yang pertama, Dominique Garcia Taron.

Kontrak baru. Anak pertama. Sungguh tahun yang indah bagi Falcão, pemain berusia 28 tahun yang telah menjadi simbol bagi pasukan kebangsaan Colombia.

Namun demikian, pada 22 Januari 2014, sewaktu bertanding bersama Monaco dalam pertandingan Piala Perancis, lutut kiri Falcão cedera setelah terkena hentakan yang keras. Akibatnya, dia perlu menjalani pembedahan pada ligamen anterior tiga hari kemudian. Saat itu impiannya bermain bersama pasukan kebangsaan runtuh seketika. Piala Dunia adalah kesempatan yang datang empat tahun sekali, dan cedera yang dideritanya seakan membawa petaka bagi pasukan kebangsaan Colombia.

Akan tetapi apa yang telah membuatnya teguh di masa-masa gemilang juga telah menguatkannya di tengah masa-masa yang sulit itu. Allah. Ya, Falcão selalu bergantung pada Allah. Dan ia tahu pasti bahwa Allah punya rencana yang lebih baik ketika mengizinkannya mengalami cedera.


Falcao kini mewakili pasukan Monaco dalam Liga Perancis

Siapa sebenarnya pemain bola sepak yang handal ini? Falcão—yang dikenal “El Tigre” atau “Sang Harimau”—adalah seorang yang sangat mencintai keluarganya, seorang Kristian yang saleh, dan pemimpin dalam suatu pelayanan olahraga. Para peminat bola sepak berdecak kagum menyaksikan keterampilan dan kemampuannya menjaringkan gol. Para peminat dan pengusaha menyukai penampilannya yang unik—wajah yang ramah dengan rambut hitam yang panjang dan ketara. Pasukan-pasukan bola sepak menyanjung reputasinya yang tak bercela di luar padang.

Falcão pertama kali dikenali umum ketika ia berusia 13 tahun dan bermain untuk kelab Lanceros Boyaca di Colombia. Sejak saat itu ia terus membuat orang mengagumi permainannya di padang. Kemashyurannya mulai memuncak ketika ia bermain bagi Atletico Madrid pada tahun 2011-2013, saat ia berhasil menjaringkan lebih dari 100 gol. Pada tahun 2012, akhbar The Guardian menempatkan Falcão pada posisi nombor 6 dalam peringkat 100 pemain bola sepak terbaik di dunia. Jurulatih Fábio Capello menganggap Falcão dapat disejajarkan dengan bintang-bintang antarabangsa seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Namun prestasinya itu juga membawa tekanan dan godaan—tekanan untuk selalu tampil hebat dan godaan untuk menerima sanjungan orang yang memuji penampilannya.


Falcao pernah menjaringkan lebih
100 gol ketika mewakili kelab
Sepanyol, Atletico Madrid
antara tahun 2011-2013
“Saya merasa diberkati dapat bermain sebagai penyerang dan menjaringkan gol,” ujar Falcão. “Itulah puncak sukacita yang dapat dirasakan dalam suatu pertandingan dan suatu waktu istimewa bagi para pemain dan peminat. Namun dengan sanjungan dan tanggung jawab untuk menjaringkan gol, aku juga merasakan banyak tekanan. Aku bergantung pada Allah di dalam tekanan tersebut, kerana aku sedar Dia selalu ada bersamaku untuk menolongku. Imanku di dalam Dia telah menolongku menguasai diri dan tetap teguh dalam keyakinanku di sepanjang karir—dan juga sepanjang hidupku.”

Itulah yang membuat Falcão begitu unik—cara pandangnya di tengah kemashyuran dan kekayaan yang diterimanya, serta sikapnya yang selalu bergantung kepada Allah sekalipun nampaknya ia telah mendapatkan segala-galanya yang diingini di dunia.

“Ada yang berkata bahwa semua yang dapat memberikan kepuasan sejati adalah prestasi di padang, pengakuan dunia dan wang yang banyak,” ulas Falcão. “Tetapi banyak orang merasa hampa dan hatinya kosong meskipun mereka terkenal dan kaya-raya. Aku percaya hanya Allah yang dapat memuaskan kedahagaan jiwa kita. Yesus Kristus memberikan nyawa-Nya untuk memuaskan kedahagaan itu. Bersama Dia, kita dapat merasa yakin bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Aku meyakini betul hal ini kerana aku telah sering mengalami bukti kesetiaan dan kasih-Nya dalam hidupku sendiri.”

Iman Falcão adalah hal yang terpenting baginya ketika ia bermain baik. Iman itu jugalah yang menjaganya untuk bergantung pada Allah di dalam kegagalannya. Iman Falcão menjadi penopang hidupnya di tengah berbagai keadaan yang tidak menentu.

(Dipetik dan diterjemah daripada artikel laman Warung Sate Kamu bertajuk, "Dia Menopang Kehidupanku" bertarikh 30 Jun 2014) 







FIFA Piala Dunia Brazil 2014: Kesaksian Syukur 5 Penjaring Gol Di Piala Dunia

Ada orang yang mengatakan bahawa bola sepak dan iman tidak boleh bercampur. Tetapi dalam Piala Dunia 2014 ini, kita dapat melihat bahawa iman itu hidup dalam seseorang peribadi dan ianya dinyatakan dalam seluruh lapangan kehidupan termasuk di padang bola sepak. Berikut lima kesaksian dari laporan Christian Today mengenai kesyukuran beberapa penjaring gol di Piala Dunia FIFA 2014;

5. Joel Campbell dan Mazmur 27

Dalam setiap pertandingan Piala Dunia akan muncul seorang bintang baru yang tidak disangka-sangka - seorang wira yang bangkit dari latar belakang kurang dikenali untuk menyemarakkan pentas dunia. Salah satu pemain seperti itu di Piala Dunia 2014 ialah Joel Campbell yang telah menjadi pembawa tuah kejayaan Costa Rica yang tidak disangka-sangka.  Campbell mengatakan bahawa Tuhanlah tonggak utama dalam kehidupannya, bahkan melebihi daripada keluarganya, dan dia mengucapkan Mazmur 27 sebelum setiap perlawanan - termasuk perlawanan menentang Uruguay, di mana dia menjaringkan gol.

                                                           Joel Campbell



4. Daniel Sturridge memuji Yesus

Itulah detik yang memberi harapan sementara kepada sebuah negara. Gol penyamaan Daniel Sturridge untuk England menentang Itali mengembalikan peluang negaranya dalam pertandingan ini - untuk seketika. Sambil dia berlari dengan sukacita, kamera TV merakamkannya memuji Tuhan dengan kata-kata ini, "I love you Jesus, and I praise you Father."


                                                           Daniel Sturridge



3. Lionel Messi bersyukur kepada Tuhan

Seorang Katolik yang saleh, Lionel Messi mempunyai kawan-kawan di kedudukan tinggi - tahun lepas dia telah diberi kesempatan bertemu Paus Francis yang juga warga Argentina. Dengan itu Paus mempunyai dua sebab untuk bersorak kerana Messi telah menyemarakkan Piala Dunia ini dengan kemahirannya yang mengasyikkan dan rembatannya yang menggegarkan - dan belum lagi disebut kebiasaannya yang memuliakan Tuhan selepas menjaringkan gol.

                                                               Lionel Messi


2. Pasukan Colombia memberi kemuliaan kepada Tuhan

Diterajui oleh bintang baru James (disebut 'Hamez') Rodriguez, pasukan muda Colombia yang handal ini tidak ragu-ragu siapakah yang pemilik kemenangan secara keseluruhan. Pasukan itu penuh dengan pemain Kristian, dan pemain terbaik mereka, Radamel Falcao, adalah seorang pastor muda-mudi secara sukarela tetapi tidak dapat menyertai pertandingan ini kerana kecederaan. 

                                                          Pasukan Colombia

1. Neymar pemain yang memberi 10% - menyerlah dalam pertandingan

Beban di bahunya selaku wira pasukan tuan rumah adalah berat sekali, tetapi dengan empat gol dalam tiga perlawanan, Neymar dari Brazil telah menunjukkan ketenangan yang terpuji untuk seorang anak muda (dia baru berusia 22 tahun), sebahagian daripada sebabnya mungkin kerana imannya yang stabil dalam Tuhan; seorang Kristian yang komited, dia memberi persepuluhan daripada gajinya yang besar di Barcelona kepada gerejanya. 

                                                                   Neymar
 







(Dipetik dan diterjemah daripada artikel Christian Today bertajuk, "Brazil 2014: 10 Amazing God Moments Of The World Cup" penulisan Martin Saunders bertarikh 3 Julai 2014)